Sabtu, 16 Februari 2013

Resensi: Pudarnya pesona Cleopatra


Pesona Rupa Bukanlah Segalanya

 
Judul    : Pudarnya Pesona Cleopatra
Pengarang  : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit    : Republika
  Kota Terbit : Jakarta
  Tebal Buku  :  vii + III halaman
  Tahun Cetak   : 2007 (Cetakan XIII)
  Jenis Buku  : Novel


Resensi:
Baca novel ini di laptop alias hanya pdf. Walaupun harus nahan perih, karena mata nggak kuat. Nggak usah lama-lama lagi, nih dia sinopsisnya.

 Novel ini bercerita tentang seorang laki-laki yang sangat tergila-gila dengan kecantikan wanita Timur Tengah. Dia adalah lulusan salah satu universitas di Mesir, dan semenjak itulah dia begitu menginginkan untuk menyunting wanita Mesir. Namun takdir berkata lain. Ibunya telah menjodohkannya dengan seorang gadis Jawa. Awalnya, dia menolak dengan kehendak ibunya, namun dengan niat berbakti kepada sang ibu ia rela mempersunting Raihana gadis anggun, solehah, yang dijodohkan dengannya. Kehidupan rumah tangga pengantin baru dalam 2 bulan pertama masih bisa ia tutupi dengan keromantisan dan kemesraan palsu. Namun, dalam bulan-bulan berikutnya, ia merasa sangat tidak kuat. Bahkan dalam hatinya tak ada sedikitpun benih cinta yang muncul walaupun ia tahu Raihana begitu mencintainya. Sikapnya berubah menjadi acuh, sinis, dan cuek. Dia jarang tidur bersama dengan istrinya. Padahal Raihana tak pernah sekalipun mengacuhkannya. Saat ia sakit, Raihana merawatnya dengan penuh kasih sayang. Dia juga tidak pernah membantah sang suami. Raihana hanya meminta satu, jangan pernah menceraikan dirinya, karena itu adalah neraka baginya. Cinta belum tumbuh namun ibunya memaksa untuk menimang cucu. Dengan berat hati ia menuruti kehendak ibunya. Sekali lagi, sama dengan niat awal, hanya untuk berbakti pada ibunya. Tak berselang lama, Raihana pun hamil. Walaupun begitu, itu tak merubah hatinya. Dia malah kembali sinis dan acuh lagi kepada Raihana. Dia terus menerus mengutuki dirinya. Di saat istrinya hamil dia tidak merasakan apapun bahkan ia masih menyimpan kegilaannya pada wanita Mesir. Sampai pada bulan keenam kehamilan Raihana, Raihana meminta untuk pindah ke rumah ibunya untuk memudahkan persalinan nanti. Jadi, tinggallah ia sendiri. Dia malah merasa sangat lega dengan kesendiriannya. Dia tidak merasa rindu apalagi merasa kehilangan. ia sempat mendengar cerita dari teman sesama dosen bahwa menikah dengan orang yang berbeda budaya akan sangat sulit mempertahankannya. Awalnya, ia menganggap itu hanyalah cerita belaka. Sampai pada akhirnya ia mendengar sendiri dari teman pelatihannya betapa menderitanya menikah dengan wanita Mesir yang amat menuntut akan gelimangnya harta. Dia merasa sangat beruntung sekaligus amat bersalah karena memiliki Raihana. Dengan segera, rasa cinta merasuki batinnya tanpa bisa dicegah lagi. Ia begitu merindukan Raihana, apalagi setelah membaca surat merah jambu yang menjadi curahan hati Raihana atas perlakuannya. Namun, itu semua sia-sia. Cinta yang ia bawa sekarang sudah terlambat datangnya. Raihana sudah tiada saat ia di pelatihan berjarak seminggu dari kedatangannya. Raihana terpeleset dan hal itu menyebabkan nyawanya dan anaknya tak terselamatkan lagi. Walaupun begitu, Raihana tetap memikirkan dirinya. Dia berpesan kepada ibunya, untuk tidak mengganggu suaminya saat di pelatihan.

Sesal akhir memang tiada guna. Ini merupakan sebuah novel yang mengingatkan aku dan kita semua agar tidak terlena dengan kecantikan semata. Mungkin kita bisa bersenang-senang dengan kecantikan tersebut. Namun, itu hanya di awalnya saja. Kita belum tentu tahu bagaimana akhiranya. Selain itu, novel ini juga mengajarkan kita untuk jangan menyia-yiakan yang sudah kita punyai. Seperti tokoh utama yang menyia-yiakan cinta Raihana. Toh, menyesal juga akhirnya.

My Mark:***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar